Generasi Alpha – Tidak mudah bagi para guru dalam menghadapi para siswa di kelas dengan segala karakteristik mereka masing-masing. Sangat diperlukan pengertian, pemahaman dan adaptasi yang tinggi terhadap kesulitan yang dihadapi oleh guru di ruang-ruang kelas.
Sering dibaca dan juga didengar bagaimana para guru menghadapi pelbagai kesulitan ketika berhadapan dengan siswa di kelas dalam proses pembelajaran. Terdapat siswa yang mudah kantuk, merasa lelah, suka ribut, atau melakukan intervensi-intervensi lainnya selama proses belajar dan mengajar.
Untuk dunia dewasa ini yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), membawa mentalitas para siswa khususnya yang berasal dari generasi alpha, yang ingin santai, tidak mau sulit, maunya mengoperasikan handphone setiap saat, dan lebih suka asyik dengan diri mereka sendiri.
Pemahaman dan pengertian yang baik dari pihak guru kepada siswa dari generasi alpha akan sangat menolong dalam melakukan intervensi edukatif kepada para siswa tersebut. Tentu dibutuhkan pelbagai metode belajar pendukung agar proses belajar mengajar tersebut dalam dicapai dengan baik berdasarkan tujuan pembelajaran dan cita-cita pendidikan nasional.
Tulisan ini hendak menawarkan beberapa gagasan / ide terkait dengan strategi guru dalam melakukan intervensi pedagogik di ruang-ruang kelas, terutama kepada para siswa yang berasal dari generasi alhpa yang dinilai sebagi generasi terakhir di masa sekarang ini.
Bagaimana strategi yang tepat? Silahkan melihat dan mengikuti uraian berikut ini. Untuk sampai kepada kepada strategi, maka diperlukan pemahaman tentang apa itu generasi alpha, siapa mereka dan bagaimana karakter dasar mereka.
Strategi Mendidik Generasi Aplha
Untuk sampai melihat tentang strategi-strategi yang cocok dalam proses pendidikan yang baik terhadap generasi alpha maka diperlukan untuk mengerti dan memahami tentang generasi aplha ini.
Siapa Generasi Alpha ?
Banyak literatur yang menyatakan bahwa generasi alpha sering disingkat menjadi Gen Alpha, yang lahir antara tahun 2011 s/d 2025. Artinya usia mereka sekarang berkisar antara 11 tahun s/d 0 tahun. Itu berarti mereka berada di tingkat pendidikan SD, TK / PAUD dan yang masih belum berada di bangku sekolah.
Itu berarti mereka berada di tingkat pendidikan SD, TK / PAUD dan yang masih belum berada di bangku sekolah.
Karena mereka masih anak-anak maka karakteristik mereka juga belum jelas terlihat. Mereka dapat juga disebut sebagai “anak-anak milenium” dan merupakan generasi termuda saat ini. Mereka adalah anak-anak dari generasi X, Y atau bahkan Z.
Istilah alpha disebut (dari Mark McCrindle) karena generasi terakhir terdahulu adalah Z dan merupakan huruf / abjad terakhir dalam susunan alfabet Romawi.
Generasi alpha dalam arti tertentu sama dengan generasi Z yang lahir antara tahun 1995 s/d 2010, dan memiliki kemampuan dalam bidang teknologi. Jadi Gen alpha adalah generasi yang melek teknologi dan pada umumnya memiliki kecerdasan secara digital dari generasi sebelum mereka.
Hal ini dapat dimengerti karena generasi alpha lahir di waktu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang sangat pesat dan melebihi perkembangan yang terjadi pada generasi Z terdahulu.
Banyak literatur juga mengatakan bahwa Gen Alpha ini tidak jauh berbeda dengan Gen Z karena mereka sama-sama berada dalam lingkungan perkembangan teknologi informasi yang menyebar luas di dunia saat ini, dan mereka sangat lihat / cekatan dalam memanfaatkan teknologi digital.
mereka sama-sama berada dalam lingkungan perkembangan teknologi informasi yang menyebar luas di dunia saat ini, dan mereka sangat lihat / cekatan dalam memanfaatkan teknologi digital.
Hanya saja, diduga besar bahwa Gen Alpha lebih menguasai perihal teknologi informasi daripada generasi-generasi sebelumnya. Karena mereka hidup pada masa perkembangan teknologi digital yang sangat menyebar, maka generasi ini disebut juga generasi digital.
Tantangan bagi Generasi Alpha
Lahir pada era teknologi digital yang sangat pesat, menempatkan generasi Alpha menghadapi pelbagai tantangan yang perlu mendapat perhatian.
Tantangan pertama adalah, rentan terhadap perkembangan kesehatan mental. Dengan berkomunikasi yang mengandalkan hal-hal yang bersifat digital, dapat membawa siswa kepada ketergantungan kepada alat-alat teknologi.
Ketergantungan yang sangat terhadap fasilitas digital dapat menyebabkan seorang siswa itu cemas dan depresi, terlebih manakala mereka mengalami keterbatasan akses terhadap jaringan internet. Ini akan semakin berbahaya jika tidak dibimbing oleh seorang guru / pendidik dalam kerangka pendidikan mereka.
Hal yang sangat kelihatan dan terasa dari generasi Alpha ini adalah ketergantungan terhadap gadget mereka. Setiap hari dan bahkan setiap saat mereka akan memainkan gadget mereka dengan motif yang berbeda-beda juga. Pemakaian gadget yang tidak dikontrol dengan baik oleh orang tua / keluarga dan sekolah / guru akan menyebabkan efek negatif dalam perkembangan kepribadian mereka.
Terdapat beberapa karakteristik yang dimiliki oleh para siswa dari Gen Alpha yang harus diketahui dan dipahami oleh para guru di sekolah, seperti memiliki potensi dan kemampuan untuk membawa pembaharuan bagi kehidupan sosial kemasyarakatan serta kemampuan memajukan lingkungan di mana dia tinggal / berada.
Selain itu mereka juga memiliki pemikiran serta opini atau pendapat yang sangat kuat, mereka juga tidak suka untuk dibatasi dengan aturan-aturan yang mengikat, serta memiliki semangat dan kesukaan untuk berinovasi. Selain itu, gen Alpha juga tidak takut untuk bereksplorasi dengan hal-hal yang baru dan tanpa ragu akan beralih dari pemahaman dan kegiatan yang lama kepada hal-hal yang dianggap baru tersebut.
Strategi Mendidik Generasi Alpha
Berdasarkan tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh Gen Alpha di atas, tentu dibutuhkan pelbagai strategi yang harus dilakukan oleh sekolah dan para guru dalam melaksanakan kegiatan atau proses belajar dan mengajar di kelas. Pelbagai metode mengajar yang lebih sesuai dengan karakteristik teknologi jaman milenial harus semakin diperhatikan untuk menghubungkan dan membawa siswa kepada sumber-sumber pengetahuan.
1. Berkenangan dengan Gen Alpha
Guru dapat dikatakan baik jika pertama-tama guru ingin berkenalan dengan siswanya dari Gen Alpha. Dengan mengenal berarti ingin mempelajari karakteristik mereka serta ingin masuk ke dalam lingkungan siswa. Para siswa telah memiliki kekayaan pengetahuan yang mereka bawa dari bawaan lahir dan yang dipelajari dari lingkungan.
Guru diharapkan untuk mengenal latar belakang setiap siswa dan mulai membangun pengetahuan dari yang sudah dimiliki siswa yang dihadapinya. Dengan berkenalan dengan siswa dari Gen Alpha, berarti guru hendak mempelajari juga dampak dari kemajuan teknologi informasi yang sedang dihadapi dan dialami oleh siswa dari Gen Alpha.
2. Mengawasi Penggunaan Gadget
Mengingat bahwa sejak kecil, siswa sudah bergaul dengan pelbagai jenis gadget, maka sebagai pendidik, sekolah / guru dan orang tua harus secara terus menerus mengawasi siswa dalam penggunaan gadget, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah. Dalam konteks pendidikan, siswa boleh diizinkan memakai gadget di sekolah tetapi guru / sekolah tetap harus mengawasi pemakaian gadget tersebut sehingga tidak disalahgunakan.
3. Membatasi Penggunaan Gadget
Sebagai lembaga pendidikan formal, sementara memberikan izin penggunaan gadget di lingkungan sekolah dan dalam ruang kelas, namun guru tetap perlu memberikan batas-batas pemakaian gadget. Perlu dipikirkan waktu yang tepat untuk menggunakan gadget dalam proses pembelajaran.
4. Memberikan Pendampingan dalam Pemakaian Gadget
Siswa yang usia sekolah dasar, tentu belum memiliki kemampuan memilah-milah seluruh konten yang tersedia di dalam gadget. Oleh karena itu, guru perlu mendampingi para siswa mereka, agar siswa tidak jatuh terlalu jauh dalam mengakses konten-konten yang tidak ada kaitan dengan pembelajaran.
Namun, semuanya ini dapat terjadi jika guru sendiri telah paham dengan cara dan manfaat mengoperasikan gadget. Jika guru tidak melek teknologi digital, maka guru tidak akan pernah bisa memberikan pendampingan kepada siswa dalam hal pemakaian alat-alat teknologi digital dalam pembelajaran.
5. Membekali Siswa dengan Bahasa Global
Entah bagaimanapun, kebanyakan tools yang ada dalam seluruh perangkat teknologi digital adalah ditulis dengan bahasa asing. Ini mengandaikan bahwa guru dan siswa harus sama-sama memahami bahasa teknis yang dipakai oleh operator pelbagai telepon. Karena itu, diperlukan waktu untuk mengajari siswa / anak-anak istilah-istilah yang dipakai dalam dunia komunikasi digital. Guru harus memahami terlebih dahulu untuk kemudian mampu memberikan pemahaman kepada siswanya, baik di sekolah maupun di kelas.
6. Mengajari Norma, Moral dan Etika
Guru atau orang tua, perlu mengajari siswa / anak mereka nilai-nilai dalam norma moral dan etika komunikasi digital, misalnya melalui perangkat telepon. Bagaimana cara memakai HP dan perangkat komunikasi lainnya, harus diajarkan dengan memberikan teladan kepada siswa / anak-anak mereka.
7. Kembangkan Bakat dan Minat Siswa.
Catatan terakhir ini penting untuk mengetahui potensi, minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa melalui penggunaan perangkat telepon mereka. Guru atau orang tua dapat memantau bakat dan potensi siswa melalui cara mereka mengunjungi konten dalam perangkat telepon mereka. Butuh waktu untuk “memeriksa” apa yang sering dikunjungi oleh siswa ketika mereka bereksplorasi dengan sarana teknologi informasi.
Kesimpulan
Berdasarkan pemahaman atas strategi mendidik anak dari Generasi Alpha, kita dapat menarik beberapa catatan kesimpulan akhir:
- kemampuan mendidik siswa sangat dipengaruhi oleh pemahaman guru terhadap kehidupan siswa / anak-anak. Oleh karena itu, guru harus belajar untuk mengenal siswa-siswi mereka dengan baik dengan pelbagai latar belakang yang berbeda-beda;
- guru dan sekolah perlu untuk mempelajari karakteristik siswa agar kemudian mereka mampu mendidik dengan berangkat dari kehidupan siswa dan konteks mereka sendiri;
- pendidikan akan dapat berhasil, jika guru menjadi teladan yang baik dalam hal pemakaian gadget di lingkungan sekolah dan di masa saja berada.
(Gunungsitoli, 12/08/2024; psl)