Evaluasi Sistem Pendidikan dan Pembelajaran dengan Rapor Pendidikan

Artikel ini akan merangkum materi Diklat tentang Evaluasi Sistem Pendidikan dan Pembelajaran dengan Rapor Pendidikan. Berikut ini rangkumannya:

1. Evaluasi Sistem Pendidikan

Evaluasi sistem pendidikan dilakukan untuk mengukur dan memastikan kualitas pendidikan di Indonesia berjalan dengan baik sesuai dengan amanat undang-undang. Peraturan yang menjadi landasan adalah UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan. Evaluasi ini bertujuan untuk memantau mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas terhadap berbagai pihak. Salah satu alat evaluasi adalah Asesmen Nasional (AN), yang mencakup tiga komponen utama:

• Asesmen Kompetensi Minimum (AKM): Mengukur kemampuan literasi dan numerasi peserta didik.
• Survei Karakter: Mengukur nilai-nilai yang dipegang oleh siswa.
• Survei Lingkungan Belajar: Mengukur kualitas iklim belajar di sekolah.

2. Rapor Pendidikan

Rapor pendidikan adalah alat evaluasi yang digunakan untuk melihat kinerja pendidikan di berbagai tingkat, mulai dari satuan pendidikan (sekolah), kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional. Berdasarkan Permendikbudristek Nomor 21 Tahun 2022, rapor pendidikan memberikan informasi penting untuk pemerintah pusat dan daerah dalam merumuskan kebijakan perbaikan pendidikan. Evaluasi Sistem Pendidikan dan Pembelajaran melalui rapor pendidikan ini mencakup lima aspek penting:

• Efektivitas satuan pendidikan dalam mengembangkan kompetensi peserta didik.
• Tingkat pemerataan akses dan kualitas layanan pendidikan.
• Kualitas dan relevansi proses pembelajaran.
• Kualitas pengelolaan satuan pendidikan.
• Distribusi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.

3. Sekolah Berkualitas

Salah satu tujuan utama dalam melakukan Evaluasi Sistem Pendidikan dan Pembelajaran Konsep adalah demi menciptakan sekolah berkualitas.

Sekolah berkualitas yang dirumuskan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memiliki empat ciri utama:

• Pembelajaran Berpusat pada Murid: Pembelajaran yang mengutamakan kebutuhan siswa, mencakup perencanaan yang efektif, asesmen yang bermakna, dan manajemen kelas yang kondusif.
• Pendidik yang Reflektif dan Kolaboratif: Guru yang terbiasa melakukan refleksi terhadap pembelajaran, belajar bersama dalam komunitas belajar, dan terbuka pada praktik-praktik pembelajaran baru.
• Iklim Sekolah yang Aman dan Inklusif: Sekolah harus bebas dari kekerasan, intoleransi, dan zat berbahaya, serta menciptakan suasana inklusif yang menghargai keberagaman.
• Kepemimpinan untuk Perbaikan Berkelanjutan: Kepala sekolah harus memiliki visi pembelajaran yang jelas, terus melakukan perbaikan mutu, merencanakan dan meningkatkan kompetensi SDM sekolah, serta mengelola sumber daya dengan transparansi dan akuntabilitas.

4. Tujuan Akhir Sekolah Berkualitas

Sekolah yang berkualitas ditandai dengan murid yang memiliki kompetensi literasi, numerasi yang baik, dan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Ini memungkinkan mereka untuk mengakses pendidikan lebih lanjut dan berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik.

5. Empat Ciri Sekolah Berkualitas

Sekolah yang berkualitas dapat dikenali dari empat indikator utama:

• Pembelajaran Berpusat pada Murid: Proses pembelajaran difokuskan pada kebutuhan, minat, dan kemampuan murid, sehingga pengalaman belajar lebih personal dan relevan.
• Tenaga Pendidik Aktif dan Reflektif: Guru dan tenaga pendidik harus memiliki komitmen untuk selalu belajar, melakukan refleksi terhadap metode pengajaran, dan berkolaborasi untuk memperbaiki praktik pembelajaran.
• Lingkungan Sekolah yang Aman, Nyaman, dan Inklusif: Sekolah yang berkualitas memberikan lingkungan yang mendukung murid untuk belajar tanpa merasa terancam atau dikucilkan. Ini termasuk fasilitas fisik dan suasana sosial yang kondusif.
• Kepemimpinan yang Berorientasi pada Perbaikan Berkelanjutan: Kepala sekolah harus memiliki visi untuk terus mengembangkan sekolahnya, memperbaiki proses, dan merespon tantangan dengan solusi inovatif.

6. Perencanaan Berbasis Data (PBD)

Perencanaan Berbasis Data adalah sebuah pendekatan sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan berdasarkan data nyata yang dikumpulkan dari sekolah. Proses ini melibatkan empat tahap penting:

• Identifikasi: Data diambil dari Rapor Pendidikan, yang merupakan laporan evaluasi kinerja sekolah berdasarkan beberapa indikator, seperti hasil belajar siswa (literasi dan numerasi), kualitas lingkungan belajar, dan partisipasi sekolah. Sumber data meliputi Asesmen Nasional, Survei Lingkungan Belajar, Dapodik, Emis, BPS, dan data pemerintah lainnya.
• Refleksi: Kepala sekolah dan para guru melakukan evaluasi terhadap data yang terkumpul. Proses refleksi ini membantu sekolah memahami apa saja kekuatan dan kelemahan mereka, sehingga bisa menentukan prioritas perbaikan.
• Benahi Perencanaan: Berdasarkan refleksi tadi, sekolah merumuskan rencana aksi untuk meningkatkan indikator yang paling membutuhkan perhatian. Rencana tersebut harus berbasis pada bukti yang kuat dan berfokus pada tindakan yang relevan.
• Implementasi: Setelah perencanaan selesai, rencana tersebut diimplementasikan dalam kegiatan sekolah sehari-hari. Sekolah harus siap melakukan penyesuaian jika diperlukan selama proses implementasi.

7. Peran Pengawas Sekolah dalam Evaluasi Sistem Pendidikan dan Pembelajaran

Pengawas sekolah berperan sebagai pendamping dan penasehat kepala sekolah dalam pelaksanaan PBD. Pengawas membantu menginterpretasikan data dari Rapor Pendidikan, memberikan masukan tentang prioritas perbaikan, serta memantau pelaksanaan strategi yang telah disusun. Mereka juga berfungsi sebagai penghubung antara sekolah dengan pemerintah daerah atau pusat untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan.

8. Siklus dan Aksi Perbaikan dalam Evaluasi Sistem Pendidikan dan Pembelajaran

Terdapat delapan langkah konkret yang harus dilaksanakan oleh sekolah dalam rangka memperbaiki kualitasnya, yang semuanya saling terkait dalam siklus perbaikan terus-menerus:

1. Mengikuti Asesmen Nasional (AN): Agar memiliki data yang valid dan representatif, minimal 85% siswa harus mengikuti AN. Hasil AN mencerminkan kemampuan literasi, numerasi, dan karakter murid, serta kualitas pembelajaran di sekolah.
2. Menganalisis Rapor Pendidikan: Setelah mendapatkan data dari AN, sekolah harus melakukan analisis mendalam untuk mengidentifikasi area kekuatan dan kelemahan. Ini bisa berupa hasil belajar siswa, partisipasi murid dalam kegiatan, atau kondisi lingkungan belajar.
3. Menetapkan Prioritas Perbaikan: Berdasarkan hasil analisis rapor, sekolah harus memfokuskan perbaikan pada indikator yang memiliki skor terendah atau yang paling mendesak untuk ditingkatkan.
4. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Kurikulum Merdeka: Sekolah perlu menyusun rencana pembelajaran yang selaras dengan Kurikulum Merdeka, yang memberikan fleksibilitas bagi murid untuk mengembangkan potensi mereka.
5. Pelatihan Guru: Guru perlu diberikan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan perbaikan pembelajaran, seperti bagaimana mengajar literasi dan numerasi dengan lebih efektif, atau bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.
6. Penganggaran dalam Arkas: Perencanaan harus dituangkan dalam anggaran yang disusun menggunakan aplikasi Arkas (Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah), yang memungkinkan pengelolaan keuangan sekolah yang transparan dan efisien.
7. Implementasi Rencana: Sekolah mulai melaksanakan rencana perbaikan yang telah disusun. Ini bisa meliputi perubahan dalam pengajaran, manajemen kelas, atau cara interaksi antara guru dan siswa.
8. Revisi Anggaran Jika Diperlukan: Apabila terdapat kendala dalam pelaksanaan, sekolah dapat mengajukan revisi anggaran untuk memastikan bahwa program perbaikan tetap dapat berjalan dengan optimal.

9. Rapor Pendidikan Nasional 2024

Rapor Pendidikan Nasional 2024 memberikan evaluasi menyeluruh tentang kinerja sekolah-sekolah di Indonesia. Data rapor pendidikan menunjukkan keberagaman hasil antara sekolah-sekolah, di mana beberapa area telah menunjukkan peningkatan sementara yang lain masih tertinggal:

• Kemampuan Literasi: Beberapa sekolah, terutama di SD dan SMA, telah menunjukkan hasil yang baik (zona hijau). Namun, banyak sekolah lainnya masih berada di zona merah, yang menandakan bahwa literasi siswa masih rendah.
• Kemampuan Numerasi: Mayoritas sekolah berada di zona kuning, yang menunjukkan kemampuan numerasi siswa perlu ditingkatkan secara signifikan.
• Karakter Murid: Ada perkembangan yang positif di mana banyak sekolah berada di zona hijau, menandakan bahwa karakter murid seperti kedisiplinan, tanggung jawab, dan kerja sama sudah cukup baik.
• Kualitas Pembelajaran: Masih banyak sekolah yang berada di zona kuning, menandakan bahwa kualitas proses pembelajaran belum optimal dan masih ada ruang untuk perbaikan.
• Partisipasi Sekolah: Partisipasi siswa, khususnya pada usia 5-6 tahun dan 16-18 tahun, masih berada di zona merah, menandakan bahwa akses ke pendidikan bagi kelompok usia ini masih perlu ditingkatkan.

10. Langkah Tindak Lanjut

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, sekolah perlu mengambil beberapa langkah berikut:

• Mendistribusikan Hasil Rapor: Informasi mengenai hasil Rapor Pendidikan harus dibagikan kepada seluruh pemangku kepentingan sekolah, termasuk guru, orang tua, dan pihak berwenang.
• Diskusi dan Kolaborasi: Sekolah sebaiknya mengadakan diskusi dengan komunitas pendidikan untuk bertukar ide tentang bagaimana melakukan perbaikan berdasarkan hasil rapor.
• Melibatkan Seluruh Komunitas Sekolah: Proses perbaikan harus melibatkan seluruh elemen sekolah, termasuk guru, siswa, dan orang tua, untuk menciptakan kolaborasi yang kuat dalam mencapai tujuan bersama.

11. Membangun Budaya Literasi dan Numerasi

Salah satu langkah penting dalam meningkatkan literasi dan numerasi adalah dengan membangun kebiasaan membaca dan berpikir numerik sejak dini. Orang tua dan guru dapat mendorong anak-anak untuk membaca buku secara rutin, berdiskusi tentang isi bacaan, serta melibatkan mereka dalam kegiatan sehari-hari yang melibatkan matematika dasar, seperti menghitung uang atau mengukur bahan makanan.