8 Alasan Mengapa Siswa Melakukan Bullying di Sekolah. Bullying saat ini marak terjadi lagi. Kekerasan di sekolah sudah sering terjadi, bahkan terus berulang. Apa sesungguhnya yang menjadi penyebab bullying di sekolah.
8 Alasan Mengapa Siswa Melakukan Bullying di Sekolah Berikut. beberapa faktor penyebab mengapa siswa melakukan bullying:
1. Muatan Kurikulum yang Padat
Muatan kurikulum yang terlalu padat mengubah orientasi pengajaran di sekolah. Sekolah lebih fokus pada pencapaian kurikulum, hal ini bisa membuat siswa tertekan.
Sementara sekolah minim sekali fasilitas untuk siswa melepaskan ketegangan, seperti sarana olah raga, kesenian, dan kegiatan-kegiatan penyaluran bakat non akademis lainnya. Minimnya fasilitas ini mengakibatkan siswa menyalurkan tekanan pada perilaku atau perbuatan “jahil” pada temannya, yang bisa menjadi akar dari bullying di sekolah.
2. Metode Mengajar yang Kaku
Selama ini pendidikan di sekolah lebih menekankan pada aspek kognitif, sekedar penyampaian pengetahuan. Guru kaku, mengajar dengan metode konvensional, satu arah, hanya transfer pengetahuan tanpa proses dialog. Saat ini, tugas fundamental guru adalah mempersiapkan anak menghadapi realitas kehidupan sehari-hari. Mengajarkan siswa menjadi manusia yang utuh, memahami interaksi antar-individu, sehingga dapat menekan terjadinya konflik, seperti tawuran antar pelajar, atau munculnya geng di sekolah.
3. Budaya Senioritas
Senioritas di sekolah merujuk pada tingkatan kelas yang lebih tinggi, kakak kelas. Bullying di sekolah bisa muncul karena budaya senioritas yang melenceng. Munculnya sikap otoriter dan arogansi senior. Kakak kelas “berkuasa” atas adik kelas. Junior harus “tunduk” atas kemauan senior.
Apabila budaya senioritas masih tumbuh subur di sekolah, potensi perundungan di sekolah akan muncul setiap tahun. Muncul siklus bullying di lingkungan sekolah. Ketika berganti tahun ajaran, junior akan naik kelas menjadi senior. Mereka akan meniru seniornya terdahulu, menjadi “penguasa” atas juniornya.
4. Pendisiplinan yang Otoriter
Pendisiplinan otoriter yang diterapkan secara keras berupa hukuman fisik dapat memberikan pengaruh buruk pada siswa. Pendidikan disiplin otoriter akan membuat siswa menjadi penakut, tidak ramah pada orang lain, menumbuhkan kebencian, dan kehilangan inisiatif. Pendisiplinan yang otoriter bisa menumbuhkan pemberontakan atau dendam pada siswa. Siswa tidak punya kuasa untuk menolak, membalas, maka dendam itu akan dilampiaskannya pada siswa yang lemah.
5. Pengawasan Sekolah yang Lemah
Pengawasan sekolah yang lemah terhadap kasus bullying bisa menjadi penyumbang terjadinya kekerasan di sekolah. Kurangnya pengawasan pada tempat-tempat yang rawan terjadinya kekerasan, seperti lapangan olahraga, kantin, kamar mandi, dan tempat-tempat yang jauh dari pengawasan guru. Pengawasan sekolah yang lemah juga termasuk pengabaian laporan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah. Guru menganggap sebagai candaan khas anak-anak. Akibatnya, siswa pelaku perundungan merasa bebas melakukan dan akan mengulanginya.
6. Faktor Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama tempat anak belajar. Perilaku agresi anak acapkali dipelajari dari rumah. Situasi rumah penuh stres, makian, permusuhan, dan hukuman yang berlebihan bisa menjadi pemicu perilaku agresif anak karena meniru apa yang dilihat dan dirasakannya sehari-hari.
Posisi anak yang lemah dalam keluarga membuatnya tidak berdaya untuk “melawan”. Anak akan melampiaskannya pada orang lain. Anak akan menganggap kekerasan sebagai hal yang biasa dalam membina hubungan dan untuk memperoleh apa yang diinginkannya. Dari sinilah anak “mengembangkan” perilaku bullying.
Baca juga: Cara Mengatasi Bullying di Sekolah
7. Faktor Lingkungan Sosial
Kesenjangan ekonomi yang lebar antara si kaya dan si miskin bisa menjadi penyumbang kasus bullying yang terjadi di sekolah.
Seringkali kondisi kemiskinan menjadi bahan “olok-olok” yang membuat anak tidak nyaman. Ini membuat anak lebih tertekan.
Anak yang hidup dalam kemiskinan terbiasa melakukan apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Inilah salah satu penyebab terjadi pemalakan siswa di sekolah.
8. Kelompok Sebaya
Ketika menginjak remaja, anak tumbuh keinginan untuk “lepas” dari keluarga, tidak lagi tergantung pada keluarga.
Anak mulai berinteraksi dengan teman sebaya. Mencari dukungan dan rasa aman dalam kelompok sebaya.
Bullying seringkali terjadi karena sikap konformitas anak, mereka terdorong melakukan perundungan sebagai pembuktian.
Untuk membuktikan bahwa mereka layak diterima masuk dalam kelompok tertentu, meskipun anak tidak nyaman saat melakukannya.
9. Tayangan Kekerasan di Media
Menurut American Psychological Association (APA), tayangan kekerasan memberikan dampak yang besar pada perilaku agresif anak.
Memproduksi suasana hati tidak enak, dan membuat penonton berada dalam keadaan mudah marah.
Hasil survei kompas menunjukan bahwa, 56,9% anak meniru adegan dalam film yang ditonton. Menirukan gerak 64%, dan 43% meniru kata-kata dalam film.
Dua penelitian di atas mengkorfirmasi betapa bahayanya tayangan kekerasan di media. Anak bisa meniru dan mempraktekkan kekerasan dalam film di kehidupan sehari-hari.
Melakukan kekerasan pada teman sepermainan di lingkungan sekitar rumah, maupun teman sekolahnya.
Bagaimana Mengatasi Bullying di Sekolah?
Sekolah bisa merancang tindakan atau kegiatan yang berorientasi kuat pada pencegahan terjadinya perundungan di sekolah.
Selama ini upaya pencegahan kekerasan di sekolah masih bersifat sporadis, belum terencana dengan baik, sehingga efektivitasnya tidak terlalu besar.
Yuk jika Bapak/Ibu adalah seorang pendidik, dapat mengikuti kegiatan kursus penanganan dan pencegahan bullying dengan pendekatan Psikologi. Kegiatan ini GRATIS. Yuk klik ini DAFTAR KURSUS.
Ilmu yang sangat bermanfaat. Terimakasih atas solusi tentng perundungan ini. Bagi saya luar biasa ilmunya.
Kasus bullying memang sering terjadi di lingkungan sekitar kita khususnya di bangku sekolah. Tindakan bullying ini tanpa kita sadari sangat berdampak bagi psikis anak kedepannya. Untuk itu kita sebagai baik orang tua maupun guru harus peka akan dampak dari tindakan bullying yang terjadi di sekitar kita. Pembahasan dan materi yang ada pada artikel ini membuka wawasan kita semua khususnya guru untuk mengetahui kemungkinan faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan tindakan bullying terjadi.
terimakasih ilmunya semoga bisa bermanfaat untuk kami sebagai guru di sekolah dan sebagai orang tua dirumah
Terima kasih ilmu yeng bermanfaat, permasalahan perundungan kerap sekali terjadi pada peserta didik di setiap jenjang yang berdampak pada psikologis peserta didik itu sendiri, selain faktor-faktor diatas apakah padatnya kurikulum siswa difokuskan pada pengembangan akademik saja sementara non akademiknya (ekstrakurikuler dan pembiasaan di sekolah) kurang diperhatikan. terimakasih.
Terima kasih untuk ilmu yg bermanfaat. Semoga menjadi bahan instrospeksi bagi pihak guru, sekolah & orangtua dalam memberikan pendidikan karakter yg optimal
Terima kasih untuk edukasi mengenai apa saja yg menyebabkan terjadi ny bullying di sekolah….
bullying sebenar nya bisa di hilang kan dari sekolah, dengan cara pihak guru harus memberi kan sanksi tegas kpd siswa yg melakukan bullying agar si pelaku merasa jera dan tidak akan di tiru oleh siswa lain seperti…
Terima kasih untuk ilmu yg bermanfaat. Semoga menjadi bahan instrospeksi bagi pihak guru, sekolah & orangtua dalam memberikan pendidikan karakter yang lebih optimal.
Bullying atau perundungan menjadi masalah serius yang mulai merambah lingkungan sekolah. Sudah sering terjadi bullying di sekolah yang berujung pada kematian siswa. Jenis bullying ada berbagai macam, yang sebaiknya diketahui dengan baik oleh guru maupun orang tua, supaya tindakan perundungan bisa dicegah.
Tindakan perundungan atau bullying biasanya dilakukan oleh orang yang merasa lebih kuat kepada mereka yang inferior. Dampak yang diakibatkan oleh bullying tidak bisa dianggap enteng, karena bukan saja menyebabkan korbannya depresi, juga dapat memicu tindakan bunuh diri. Perundungan tidak hanya terbatas pada kekerasan secara fisik saja tetapi juga verbal dan lainnya.
Sekolah dan lingkungan keluarga berperan penting dalam mengatasi perundungan. Tanpa adanya dukungan kuat maka hal ini akan terus terjadi. Perlunya penekanan kembali yaitu penanaman karakter terhadap peserta didik baik di lingkungan sekolah maupun lingkup keluarga.
antara lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat harus saling mendukung untuk mengatasi perundungan.
Dari ulasaan yang disampaikan di artikel saya tertarik untuk mencermati faktor dominan penyebab terjadinya bullying yang terjadi di lingkungan sekolah yaitu lemahnya pengawasan disekolah antara lain jika terjadi adanya jam kosong dalam artian keterlambatan kehadiran guru di kelas menyebabkan anak bisa berbuat sesuai kehendak hatinya karena memamang sudah dipicu dengan adanya faktor faktor lainnya seperti tayangan tayangan kekerasan di media sosial yang mereka lihat.
Menghadapi kondisi yang demikian tentu solusinya dimulai dari kesadaran guru akan tugas dan tanggung jawanya sebagai pendidik sehingga tidak terjadinya jam kosong atau keterlambatan kehadiran guru di dalam kelas juga adanya teguran ataupun pembinaan terhadap guru tersebut oleh kepala sekolah.
Materi cukup baik, dan amat memberi tantangan bagi guru guna mempebaiki diri dalam proses pembelajaran karena cepatnya informasi dan teknologi.
Kalau guru hanya berkaca pada dirinya sendiri maka terasa ketinggalan informasi
Tentang BULLYING itu terasa ringan jika semua warga sekolah mengerti ,memahami serta sepakat untuk memcegahnya,akan tetapi betapa berat dan sangat memprihatinkan kalau salah satu saja dari warga sekolah tidak mendukung untuk mencegahnya.