SEKOLAH DI LAUT CHINA SELATAN. Ingin Mencerdaskan Generasi Muda Pulau Laut dengan Semangat Laut sakti Rantau Bertuah. Sekolah Dasar Negeri 3 Kadur yang terletak di Pulau Laut Kabupaten Natuna, boleh jadi merupakan sekolah terluar paling utara di Kepulauan Natuna. Di sebelah utara, wilayah ini berbatasan langsung dengan Vietnam dan Kamboja. Di bagian barat, berbatasan dengan Singapura dan Malaysia Seperti lazimnya sekolah terluar, kondisi sekolah dan gurunya juga terbatas.
Bu Eliyanti, Kepala SDN tersebut menuturkan bahwa saat ini jumlah siswa sebanyak 43 orang. Jumlah guru ASN 2 orang dan guru tidak tetap 3 orang, dengan rata rata honor 500 ribu per bulan. Walau kami bertugas di sekolah pada pulau terluar dan terdepan, kami tak surut untuk terus mengabdi mendidik generasi muda di Pulau Laut Kabupaten Natuna. Walau sudah ada sumber listrik diesel, namun akses internet tidak ada. Kami benar benar terpencil dan terisolasi dari berbagai sentuhan teknologi.
Baca Juga : Sang Robot Teacher
Tekad kami tak pernah surut, ingin mencerdaskan generasi muda Pulau Laut dengan semangat Laut sakti rantau bertuah. Kami sebagai etnis melayu yang merantau harus menyadari bahwa lautan yang akan disebrangi adalah sakti, dan rantau yang akan dituju adalah bertuah. Ternyata tekad di atas merupakan suntikan motivasi bagi masyarakat nelayan dan warga setempat di Kepulauan Natuna. Generasi muda yang akan merantau, mengarungi dahsyatnya laut, harus dibekali berbagai kemampuan dan keterampilan. Mereka harus mampu menaklukan laut yang ganas, gelombang pasang yang tinggi untuk meraih cita cita. Itulah motivasi yang ditanamkan pada siswa pada umumnya di kepulauan Natuna.
Guard of Nation
Bagi daerah terpencil dan terdepan seperti di Natuna, peran guru menjadi multi ganda. Selain sebagai pendidik yang memfasilitasi pembelajaran di sekolah, mereka juga berperan sebagai penyemai peradaban, perekat bangsa. Bersama aparat keamanan yang menjaga kawasan laut Natuna, guru juga berperan sebagai penjaga bangsa (guard of nation), melalui sentuhan dialogis sosio kultural ketahanan nasional dalam berbangsa dan bernegara. Sesuai dengan kemampuannya, guru di wilayah terluar dan wilayah perbatasan perlu terus menggelorakan semangat kebangsaan, di kelas dan di luar kelas.
Jaime J Romo (2006) dalam Border Pedagogy: A Study of Preservice Teacher Education Transformation, menulis tentang betapa pentingnya pedagogi daerah perbatasan untuk diberikan kepada guru dan calon guru. Guru di daerah terdepan, merupakan sosok andalan bangsa untuk terus menyuarakan dan merekatkan persatuan. Mereka seyogyanya tak hanya memiliki kemampuan konten pedagogis, tetapi juga mereka memerlukan pemahaman sosial budaya dan geopolitik yang memadai. In fact, the fluidity of the border region challenges educators to rethink linguistic, social, theoritical, ang geopolitical boundaries.
Kelambu Sebelah Tersingkap
Pada bulan Desember seperti sekarang ini, cuaca di Kepulauan Natuna, sering tak menentu. Hujan disertai angin kencang. Badai yang gemuruh dan gelombang ombak yang tinggi merupakan fenomena alam sehari hari. Hari efektif sekolah juga sering terganggu. Gelombang pasang yang menakutkan ini sering disebut bagaikan wajah limau purut busuk. Ibrahim (1997) melukiskan alam ganas dan gelombang tinggi ini, sering disebut musim kelambu sebelah tersingkap. Para nelayan tak berani melaut. Masyarakat setempat tak melakukan aktifitas rutin. Mereka memilih tinggal di rumah. Mereka tidur dan gegelehean sepanjang hari dan malam, dengan kelambu yang tersingkap. Hal ini juga berdampak pada suasana pembelajaran di sekolah. Dalam cuaca yang esktrim, para siswa tinggal dan belajar di rumah. Guru siaga penuh, untuk memastikan tak ada siswa yang keluyuran di luar rumah.
Baca Juga : Paguron di Ujung Kulon
Wisata bahari
Walau laut di Kepulauan Natuna sangat ganas pada musim tertentu, Natuna juga menyuguhkan aroma wisata yang fantatik. Kabupaten Natuna yang memiliki 270 pulau, menyimpan ragam wisata bahari dengan sumber daya alam memesona. Tanjung Datuk misalnya, merupakan pantai indah di Bunguran. Pantai ini berhiaskan perbukitan batu berbagai bentuk yang bertabur pasir putih. Lokasi ini sangat cocok untuk pemburu sunrise dan sunset. Pesona alamnya sangat memukau. Datanglah ke sana, pengunjung akan dimanjakan oleh semburan ombak, permainan air, dilengkapi dengan aneka ikan warna warni yang menyambutnya. Lokasi lain, datanglah ke Pantai Batu Madu atau honey stone. Waktu yang paling cocok untuk berkunjung ke sana, ketika air laut sedang surut. Pengunjung dapat melihat banyak batuan granit, bermain air sambil bercanda dengan ikan ikan kecil yang menemani.
Jelita Sejuba
Alkisah, Syarifah seorang istri tentara yang dalam hatinya sering kalut takkala suaminya Jaka akan bertugas ke garis depan. Film layar lebar dengan judul Jelita Sejuba (2018) ini berlatar keindahan Pantai Natuna. Film ini bertutur tentang ketegaran seorang istri tentara bernama Syaifah. Tugas suami untuk menjaga kedaulatan daerah terdepan, sering membuat Syarifah ditinggal suami terkasih. Kendati pikirannya galau, Syarifah gadis manis dari pesisir Pantai Sejuba ini tak pernah memperlihatkan kegalauannya. Ia selalu tersenyum melepas sang suami bertugas ke medan laga. Ia dengan dengan tegar memeluk suaminya dan berbisik lirih ia akan menjaga diri dan terus berdoa untuk keselamatan suaminya. Syarifah tetap menanti sampai suaminya datang. Ia menatap warna jingga matahari di ufuk barat, berpadu dengan birunya laut China Selatan. Semoga kau baik baik saja di sana, Syarifah berucap lirih untuk sang suami yang sedang bertugas di sebrang sana. Sekolah di Laut China Selatan
Baca Juga : Tahun anyar di Baduy Luar
Semangat dan sukses selalu yg berada di pulau Natuna