Mungkin ada beberapa kejadian yang sama dialami oleh beberapa guru di sekolah. Ketika siswa menginjak di kelas 4, ada saja siswa belum bisa membaca. Padahal ketika siswa duduk di kelas 3, siswa harus melaksanakan Tes Kemampuan Dasar (TKD), di mana materi yang diujikan yaitu membaca, menulis dan berhitung.
Akan tetapi, fakta di lapangan mengatakan, bahwa TKD hanya dijadikan sebagai formalitas belaka, dan pada kenyataannya semua siswa kelas tiga naik ke kelas 4.
Ada beberapa alasan mengapa semua siswa akan selalu naik ke jenjang (kelas) berikutnya, salah satunya adalah faktor kasihan.
Ada beberapa alasan mengapa semua siswa akan selalu naik ke jenjang (kelas) berikutnya, salah satunya adalah faktor kasihan.
Jika ada siswa yang tidak naik kelas, maka orang tua akan menghadap ke guru (wali kelas) untuk meminta supaya anaknya dinaikkan saja. Karena kasihan jika anaknya tidak naik, maka biasanya anak tersebut malu dan tidak mau berangkat ke sekolah lagi.
Dalam tulisan ini ada kasus di mana siswa kelas 4 belum bisa baca yang merupakan pengalaman pribadi seorang guru ketika mengajar di kelas 4.
Mencari Tahu Penyebab Siswa belum bisa Membaca
Pengalaman pribadi ketika mengajar di kelas 4 Sekolah Dasar. Ada kasus di mana dua siswa yang belum bisa baca. Sebut saja siswa A dan Siswa B. Masing-masing dari siswa tersebut memiliki latar belakang yang berbeda.
Di awal pembelajaran, guru melakukan penilaian awal yaitu melakukan tes membaca. Ternyata hasilnya ada dua siswa yang belum bisa baca. Kemudian ada sumber informasi lain mengatakan, bahwa mereka berdua belum bisa membaca dari kelas 1-3.
Ketika bertanya kepada guru (wali kelas) sebelumnya, memang dua siswa ini sulit untuk membaca dan sudah berusaha. Tetapi tetap, kedua siswa tersebut masih belum bisa baca. Selanjutnya guru kelas 4 melakukan pendekatan dengan mendatangi orang tua siswa tersebut.
Pada saat mendatangi orang tua siswa A. Orang tua siswa A mengatakan, bahwa jika anaknya diajari atau diminta untuk belajar, maka anaknya selalu menangis. Bahkan diminta belajar oleh oleh neneknya yang merupakan pensiunan guru, tetap saja siswa tersebut menangis.
Kemudian untuk kasus siswa B. Guru melakukan wawancara, di mana latar belakang dari siswa tersebut adalah keadaan keluarga yang kurang mendukung. Jadi ayahnya tidak bertanggung jawab (tidak menafkahi), kemudian ibu tersebut harus banting tulang mencari nafkah. Ketika sudah pulang, ibu dari siswa B hanya sesekali mengajari anak, karena sudah lelah mencari nafkah.
Setelah mendapatkan data di atas, kemudian guru membuat kesepakatan/kesepahaman bersama, di mana mengajak orang tua siswa tersebut untuk meluangkan waktunya minimal 15 menit untuk mengajari anaknya membaca setiap malam atau waktu luangnya.
Selanjutnya untuk guru, guru akan meluangkan waktu di sela-sela mengar (sekitar 5 menit) untuk membimbing mereka dalam membaca. Itu dilakukan setiap hari.
Selang satu tahun pembelajaran berjalan, orang tua siswa ternyata kurang konsisten dengan apa yang sudah disepakati. Maka hasilnya, siswa A hanya ada sedikit perubahan. Kemudian siswa B, belum ada perubahan yang signifikan. Setelah ditelusuri lebih lanjut, siswa B memang memiliki kemampuan kognitif yang kurang.
Faktor-faktor Penyebab Siswa belum bisa Membaca
Kasus siswa belum bisa membaca bisa terjadi karena beberapa faktor.
Pertama, orang tua sibuk dengan aktivitasnya dan tidak secara intens untuk membantu anak belajar baca, serta menyerahkan sepenuhnya permasalahan kepada guru. Kedua, adalah faktor guru yang belum bisa menemukan pola yang tepat untuk menangani anak yang belum bisa baca.
Dan ketiga. adalah faktor dari anak itu sendiri. Di mana anak tidak ada kemauan kuat untuk bisa baca dan secara kemampuan belum bisa menyamai dengan teman-temannya yang sudah bisa membaca.