Menjadi Guru yang Menghamba Pada Murid dapat Menciptakan Generasi Emas Tahun 2045
Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui peningkatan Pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu itu berawal dari seorang guru yang bermutu pula. Berbagai program telah digalakkan pemerintah demi peningkatan mutu seorang guru yang diharapkan dapat menciptakan murid yang bermutu juga.
Guru adalah pemegang tonggak kemajuan Pendidikan. Oleh sebab itu, guru harus mampu mengenali tugas utamanya. Seperti diketahui bahwa tugas seorang guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.
Bagaimana Menjadi Guru yang Menghamba?
Konsep menghamba pada murid merupakan gagasan bapak pendidikan nasional kita yaitu Ki Hajar Dewantara (KHD). Beliau mengajarkan bahwa guru harus mampu memahami dan dan memenuhi kebutuhan siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien.
baca juga : Dinamika Sistem Zonasi Bergesekan dengan Hak Asasi
Ki Hajar Dewantara juga menekankan bahwa guru harus mampu mengenali dan menghargai siswa sebagai individu yang unik, dengan kebutuhan, minat dan potensi yang berbeda-beda. Guru harus mengenali dan memahami latar belakang sosial, budaya dan lingkungan siswa, sehingga dapat menciptkan suasana belajar yang aman, nyaman dan tentram.
Menghamba bukan berarti seorang guru menjadi hamba bagi murid-muridnya dalam arti keseharian seperti harus tunduk dan menuruti keinginan murid seperti seorang hamba kepada tuannya. Sebagai seorang guru harus tetap menjalankan tugas utamanya sebagai pendidik yaitu membimbing dan mengarahkan peserta didik dengan benar, dan yang tidak kalah penting adalah mengajarkan nilai-nilai moral, etika yang baik yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
Menghamba bukan berarti seorang guru menjadi hamba bagi murid-muridnya dalam arti keseharian seperti harus tunduk dan menuruti keinginan murid seperti seorang hamba kepada tuannya.
Apa Kata KHD tentang Pendidikan?
Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.
baca juga : Fenomena Guru TIKTOKER
KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
Dunia pendidikan Indonesia kini telah memiliki acuan Profil Pelajar Pancasila sebagai gambaran, proyeksi dan harapan yang bangsa kita upayakan agar mewujud pada murid Indonesia di masa depannya kelak. Jadi masuk akal rasanya jika Profil Pelajar Pancasila tersebut pun dihidupi oleh para pendidik sebagai model mental mereka.
Profil Pelajar Pancasila mengandung enam dimensi yang kesemuanya berakar pada falsafah Pancasila: (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; (2) Mandiri; (3) Bergotong-royong; (4) Berkebinekaan global; (5) Bernalar kritis; (6) Kreatif.
Apa Manfaat bagi Murid saat Guru Menghamba?
Guru yang menghamba pada murid berarti guru yang memberikan kesempatan kepada murid untuk dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi yang mereka miliki secara maksimal. Guru harus mampu memberikan ruang dan waktu yang cukup bagi murid untuk dapat mengekplorasi potensi dan minat yang mereka miliki, sehingga mereka dapat berkembang secara optimal.
Pendekatan dengan cara menghamba pada murid dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar murid. Saat guru memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan belajar murid dengan perhatian penuh, maka murid akan merasa dihargai dan terdorong untuk belajar dengan semangat yang lebih tinggi.
Hal ini juga dapat dapat mendorong hubungan yang baik dan positif antara guru dengan murid. Melalui hubungan baik ini, murid akan merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan guru, yang menciptakan pembelajaran yang lebih efektif.
Berawal dari suasana pembelajaran yang aman, nyaman dan efektif itulah, kedepannya kita bisa berharap bahwa pendidikan di Indonesia dapat membentuk generasi emas pada tahun 2045.