Ciri Khas Kurikulum Merdeka di Indonesia
Kurikulum Merdeka merupakan terobosan baru dalam sistem pendidikan di Indonesia yang di perkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Kurikulum ini hadir sebagai solusi untuk menghadapi tantangan pendidikan abad ke-21 dan berfokus pada pembelajaran yang lebih fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan setiap individu peserta didik. Ada beberapa ciri khas yang membedakan Kurikulum Merdeka dari kurikulum sebelumnya:
Baca Juga: Inilah Perbedaan Antara Sistem Pendidikan di Indonesia dan Negara-Negara Lain
1. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)
Salah satu ciri utama Kurikuulum Merrdeka adalah penerapan pembelajaran berbasis proyek. Model ini memungkinkan siswa untuk belajar melalui pengalaman langsung dengan menyelesaikan proyek-proyek nyata. Tujuannya adalah mengasah keterampilan berpikir kritis, kolaborasi, kreativitas, dan komunikasi. Pembelajaran berbasis proyek ini juga mendorong siswa untuk lebih aktif terlibat dalam proses belajar dan memiliki kontrol yang lebih besar terhadap pembelajarannya.
2. Fleksibilitas dalam Pembelajaran
Kurikuluum Merrdeka memberikan kebebasan lebih dalam memilih materi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa. Guru diberi keleluasaan untuk menyusun rencana pelajaran sesuai dengan konteks lokal, minat siswa, dan kondisi kelas. Fleksibilitas ini memungkinkan guru untuk berinovasi dalam mengajar, sehingga proses belajar menjadi lebih relevan dan bermakna bagi siswa.
Baca Juga: 5 Aplikasi Edukasi Seru untuk Anak-anak di Smartphone yang Bikin Belajar Menjadi Menyenangkan
3. Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Kurikulumm Merdeeka juga sangat menekankan pada pembentukan karakter melalui *Profil Pelajar Pancasila*. Nilai-nilai yang ditekankan dalam profil ini mencakup beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, berkebinekaan global, gotong royong, kreatif, mandiri, dan bernalar kritis. Pembelajaran tidak hanya berfokus pada akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
4. Peningkatan Kemampuan Literasi dan Numerasi
Salah satu fokus Kurikulum Merdeka adalah meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi peserta didik. Ini dilakukan melalui pembelajaran yang lebih aplikatif dan berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Siswa di dorong untuk mengeksplorasi konsep-konsep dasar secara mendalam, memungkinkan mereka untuk menerapkannya secara efektif dalam berbagai konteks.
Baca Juga: http://Menjadi Guru: Lebih dari Sekadar Meningkatkan Kesejahteraan, tapi Juga Menyenangkan!
5. Evaluasi yang Lebih Holistik
Sistem evaluasi dalam Kurikulum Merdeka tidak hanya mengukur pengetahuan kognitif, tetapi juga mencakup aspek sikap dan keterampilan. Pendekatan penilaian ini lebih holistik, karena melihat perkembangan peserta didik secara menyeluruh, bukan hanya dari hasil ujian.
Dengan berbagai ciri khasnya, Kurikulum Merdeka diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna, relevan, dan mampu mempersiapkan siswa menghadapi tantangan global di masa depan.
Semoga artikel ini bermanfaat
Utk akses absensi masih sulit, mhn ditambah akses absensinya
Kurikulum merdeka sangat bagus karena mengutamakan mengembangkan salah satunya melalui bakat dan minat siswa
Menarik
Sangat menarik
Artikel yang menarik. Semqngat berkarya menyajikan informasi dan karya yang lebih
Semoga dgn kurikulum merdeka, kita dapat mencapai cita” menuju Indonesia emas tahun 2045…💪💪
Saya berharap bisa di terapkan secara menyeluruh
Saya setuju Kurikulum Merdeka diterapkan di Indonesia. Karena mengakomodir semua kebutuhan belajar siswa. Namun jangan terlalu memberatkan guru dalam administrasinya.
Tetap saja, administrasi guru berat, jumlah jam pelajaran di sekolah pun kelamaan, waktu untuk guru dan peserta didik di luar jam sekolah minim, bagaimana bisa bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat untuk eksplorasi nilai-nilai kehidupan?
Baik sih artikel nya
Kurikulum Merdeka memang ibarat sebuah kendaraan layak dinaiki karena banyak fasilitas untuk siswa yang sangat menjanjikan.
Namun sopirnya harus mahir biar ga nabrak, atau salah melewati jalur.
Kita semua tau keberadaan guru antara yang PNS, PPPK, dibangkan dengan yang Honorer jauh lebih.
Kenapa pemerintah menggulirkan kebijakan membatasi antara ASN dan Honorer/Sukwan. Misalnya yang punya belajar.id saja lebih banyak yang ASN. Mobil baru (Tenaga Honorer) tidak semua bisa akses akun belajar.id.
Saya yakin ibarat sebuah mobil baru tenaga dan kelayakannya lebih Joss … Patut direnungkan…
Kurmar baik dalam metode pembelajaran tapi sulit juga di terapkan , saya masih belum terbiasa dengan Kurmer
Boleh ganti kurikulum tapi tidak memberatkan guru dan siswa , apalagi orang tua
Kurikulum Merdeka memang ibarat sebuah kendaraan layak dinaiki karena banyak fasilitas untuk siswa yang sangat menjanjikan.
Namun sopirnya harus mahir donk…. biar ga nabrak, atau salah melewati jalur.
Kita semua tau keberadaan guru antara yang PNS, PPPK, dibangkan dengan yang Honorer/Sukwan jauh lebih banyan Sukwan.
Kenapa pemerintah menggulirkan kebijakan membatasi antara ASN dengan Honorer/Sukwan misalnya dalam hal akun, yang punya belajar.id. Maksudnya berikan akses penuh baik ASN maupun Sikwan. Agar wawasan tentang kurikulum bisa seimbang dengan perkembangan Kurikulum.
Mobil baru (Tenaga Honorer/Sukwan) tidak semua bisa akses akun belajar.id.
Saya yakin ibarat sebuah mobil baru, tenaga dan kelayakannya lebih Joss … tapi sayang tidak diberi kesempatan dalam hal kebijakan teetentu.
Patut direnungkan…
Artikel di atas sangat bermanfaat badi pendidik.
Sangat bermanfaat srtikelnya
mudah mudahan kurmer dapat berjalan dengan baik di indonesia.
Apapun bentuk kurikulum kalau pelaksana kurikulum tidak mau mengikuti perubahan kurikulum yang baru maka tidak akan berhasil, maka kumer memberikan kesempatan yang merdeka bagi guru merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dan tidak selalu berfikir hanya menjiplak kurikulum sekolah lainnya yang belum tentu modul intra dan ko serta ekstra nya sama dengan kondisi sekolah sendiri
Kurikulum merdeka,baik dan bisa meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah.namun perlu dukungan dan fasilitas yang baik dan memadai.
Makna dari kurikulum merdeka sangat baik dan bagus. Yang terpenting sekarang adalah SDM pengajarannya yang harus di perhatikan. Sebagus-baguanya kurikulum tetapi tidak mampu di jabarkan maka perubahan itu tidak akan ada. Pengajar tidak hanya pintar merancang tetapi harus pintar dan mampu untuk menerapkan inovasi baru yang di perolehnya. Pengajar tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik, membimbing, dan menjadi teladan.
Kalau ganti ganti kurikulum itu udah gak aneh, tiap ganti menteri ya pasti ada ganti kurikulum, dan itu sah sah aja.
cuma yang saya kurang setuju pada kurmer ini, yaitu adanya pergantian istilah. contoh:
1. kompetensi inti (KI) diubah menjadi capaian kompetensi (CP).
2. kompetensi dasar (KD) diubah menjadi Tujuan pembelajaran (TP)
3. RPP diubah menjadi Modul Ajar dll.
menurut saya ini yang membuat guru jadi bingung. sebab, guru selain harus mengubah format dan bentuk dari masing masing perangkat ajar, juga mereka harus menghafal perubahan nama nama perangkat itu tadi..
bisa kita bayangkan misalnya benda yang selama ini kita pakai buat mengiris tempe itu namanya PISAU, tiba tiba diganti dengan nama lain.. begitu juga benda yang lainnya namanya berubah semuanya.
Artikel yang menarik
Kurdek konsepnya sangat mengagumkan, akan tetapi pada kenyataannya Kurdek belum dapat menjawab kebutuhan guru dan peserta didik, pasalnya didaerah-daerah tertentu dgn kondisi dan fasilitas tertentu ternyata mereka tidak dapat menikmati konsep pembelajaran seperti yg di harapkan Kurdek, (mengakses informasi dari berbagai sumber termasuk internet tp di daerah tertentu jangankan Internet listrikpun belum tersedia ) disisi lain guru yg diharapkan menjadi motor penggerak sistem pembelajaran ternyati tidak memiliki pengetahuan yg cukup untuk menerapkan kurikulum merdeka, karena itu mereka membutuhkan support seperti mengikuti pelatihan yg bisa di jangkau. karna itu bagi saya pelaksanaan Webiner adalah salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi lainnya. karena sayang sekali CGP hanya diperuntukkan bagi usia tertentu.
kurikulum selalu berubah,,sulit bagi siswa yang di pedesaan untuk menyesuaikan..
Artekelnya sangat bagus, namun perlu di peetimbamgkan juga dg kita yg berada d daerah2 terpencil ini yg mana kurangnya fasilitas pendukung…