Bunda Tidak Sendiri Bagian 1.
“Hati seorang ibu adalah ruang kelas tempat anaknya belajar” (Henry Ward Beecher)
Pernahkah Bunda merasa bahwa menjadi seorang ibu sungguh pekerjaan yang berat? Apalagi ketika anak sudah memasuki usia prasekolah dan sudah terlahir kembali adiknya dengan usia batita yang terus menjadi ekor dalam setiap aktivitas kita. Tentu pasokan energi dan stok kesabaran harus selalu terisi agar bendungan emosi tidak meluap bukan?
Ya, Bunda tidak sendiri menjalani peran itu.
Adakalanya kita memang tak sengaja meluapkan emosi karena batas kesabaran kita yang tidak sesuai teori atau ungkapan bijak pada umumnya. Sangat wajar jengkel dengan keadaan seolah terlihat rumit, ketika anak-anak menangis dan kita tidaktahu yang harus kita lakukan terlebih dahulu. Sekali lagi, Bunda tidak sendiri saat mengalami fase itu.
Bagi seorang ibu yang paham dengan dunia pendididkan, usia prasekolah tentu menjadi momen yang sangat krusial untuk dilewatkan begitu saja. Terlebih saat pertama kali mengajari anak membaca. Banyak orang tua yang hilang kesabaran dan menyerahkan anaknya pada bimbingan baca tulis, alih-alih mengatakan bahwa anak tidak bisa fokus saat belajar dengan ibunya, atau anak tidak bisa mengikuti saat belajar langsung dengan orang tuanya. Setidaknya begitu alasan mereka saat memasukkan anaknya pada bimbingan baca tulis.
Baca Juga : Pahami Kebutuhan Anak
Polemik calistung memang menjadi kekhawatiran orang tua yang tengah mempersiapkan anaknya memasuki jenjang Sekolah Dasar agar anak bisa mengikuti materi yang muatannya lebih banyak pada bacaan. Tetapi ketika itu tidak diajarkan di Taman Kanak-Kanak dan tidak dibahas secara spesifik di Sekolah Dasar, bukankah menjadi tugas kita untuk mengajari anak-anak kita membaca dengan hati dan waktu yang kita khususkan untuk mereka? Mengapa harus dikhususkan? Karena kita butuh kesabaran yang lebih agar anak tidak hanya bisa membaca, tetapi juga menyukai dan paham dengan apa yang mereka baca.
Menurut Vidya Dwina Paramita
dalam bukunya Montessori : Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja, mengungkapkan bahwa memahami bacaan adalah poin yang sangat penting. Mengapa? Sebab, pemahaman makna adalah esensi dari aktivitas membaca. Lebih luas lagi, esensi dari sebuah kegiatan bernama “belajar”. Yang terjadi saat ini adalah anak-aak hanya sampai tahap membunyikan huruf tanpa paham makna, dan ini cukup mengerikan bagi saya. Vidya juga menambahkan bahwa penyebab pertama dan utama anak kesulitan memahami bacaan adalah kurangnya perhatian kita pada kegiatan-kegiatan dalam tahap pra-membaca. Dan penyebab kedua yang sering terjadi adalah keinginan orang tua ataupun guru agar anak dapat segera bisa membaca.
Baca Selanjutnya : Bunda Tidak Sendiri Bagian 2