Prinsip andragogi sebagai landasan proses pembelajaran. Pada pendidikan nonformal teori dan prinsip andragogi di gunakan sebagai landasan proses pembelajaran pada berbagai satuan, bentuk dan tingkatan (level) penyelenggaraan pendidikan nonformal. Pada pendidikan formal andragogi seringkali digunakan pada proses pembelajaran pada tingkat atau level pendidikan menengah ke atas.
Namun demikian, dalam menerapkan konsep, prinsip andragogi pada proses pembelajaran sebenarnya tidak secara mutlak harus berdasar pada bentuk, satuan tingkat atau level pendidikan. Akan tetapi, yang paling utama adalah berdasar pada kesiapan peserta didik untuk belajar.
Baca juga :
10 Alasan Mengapa Menulis Itu Penting
Perilisan Rapor Pendidikan Versi 2.0 untuk Satuan Pendidikan
Prinsip Penyusunan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
Kondisi itu terjadi demikian karena kita menganggap bahwa semua murid, peserta didik (warga belajar) itu adalah sebagai orang dewasa yang di asumsikan memiliki kemampuan yang aktif dalam merencanakan arah belajar, memiliki bahan, memikirkan cara terbaik untuk belajar, menganlisis dan menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat dari belajar atau dari sebuah proses pendidikan. Oleh karena itu andragogi adalah suatu bentuk pembelajaran yang mampu melahirkan sasaran pembelajaran (lulusan) yang dapat mengarahkan dirinya sendiri dan mampu menjadi guru bagi dirinya sendiri. Dengan keunggulan-keunggulan itu andragogi menjadi landasan dalam proses pembelajaran pendidikan nonformal.
Hal ini terjadi karena dalam pendidikan nonformal, formula pembelajarannya di arahkan pada kondisi sasaran yang menekankan pada peningkatan kehidupan, pemberian keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan yang di alami terutama dalam hidup dan kehidupan sasaran di tengah-tengah masyarakat.
Pengertian Andragogi Menurut Ahli
Untuk memahami secara mendasar tentang konsep teori dan prinsip andragogi, pada bagian ini akan di uraikan secara tuntas tentang beberapa definisi andragogi dari berbagai ahli.
Dugan (1995)
Dugan (1995) mendefinisikan andragogi lebih kepada asal katanya, andragogi berasal dari Bahasa Yunani. Andra berarti manusia dewasa, bukan anak-anak, menurut istilah, andragogi berarti ilmu yang mempelajari bagaimana orang tua belajar.
Knowles dalam Srinivasan (1977)
Knowles dalam Srinivasan (1977) menyatakan bahwa: andragogy as the art and science to helping adult a learner. Pada konsep lain andragogi seringkali didefinisikan sebagai pendidikan orang dewasa atau belajar orang dewasa. Definisi pendidikan orang dewasa merujuk pada kondisi peserta didik orang dewasa baik dilihat dari dimensi fisik (biologis), hukum, sosial dan psikologis. Istilah dewasa di dasarkan atas kelengkapan kondisi fisik juga usia, dan kejiwaan, disamping itu pula orang dewasa dapat berperan sesuai dengan tuntutan tugas dari status yang dimilikinya.
Kesiapan Belajar: Orang Dewasa Memandang Bahwa “all living is learning. Learning is not only preparation for living the very essence of living, the very essence of living it self”.
Setiap peserta didik memiliki pola kesiapan yang berbeda dengan warga lainnya terutama dalam hal kekuatan motivasi (inner motivations) seperti: needs for esteem (self esteem); urge to grow; the satisfaction for accomplishment; the need to know something specific and curiosity to learn”.
Pada umumnya orang dewasa mereka memiliki kemampuan membaca, menulis dan menghitung dan menguasai kemampuan verbal dan kecakapan mengambil keputusan yang relevan dengan kebutuhan pribadi dan tuntutan sosialnya.
Mereka merancang dan menetapkan minat dan kebutuhan belajarnya, mendiagnosis kebutuhannya sesuai tuntutan hidupnya dan lain-lainnya. Pembelajaran dapat bertindak sebagai nara sumber, pengarah, pembimbing, pemberi fasilitas, atau teman belajar (resource person, guide, helper, facilitator or partner for the learners).
Dari perspektif waktu dan orientasi belajar, orang dewasa memandang belajar itu sebagai suatu proses pemahaman dan penemuan masalah serta pemecahan masalah, baik berhubungan dengan masalah kekinian maupun masalah kehidupan di masa depan. Orang dewasa lebih mengacu pada tugas atau masalah kehidupan (task or problem oriented). Sehingga orang dewasa akan belajar mengorganisir pengalaman hidupnya.
Baca Juga :
Daftar Workshop Penulisan Artikel Menggunakan Kecerdasan Buatan
Siapapun kita ,apapun karir nya,pada dasarnya kita adalah guru bagi diri kita.kita guru bagi anak kita.
Seberapapun usia kita saat ini, belajarlah terus jangan pernah malas untuk menjadi lebih baik
Guru selain mengajar juga belajar. Menyiapkan pembelajaran dan menjadi pemelajar sepanjang hayat.
Guru adalah pekerjaan mulia
Guru= pembelajar seumur hidup
Guru adalah pahlawan tampa jasa
guru adalah seseorang yang membentuk karakter seseorang,terutama guru yang mengajr siswa di usia dini
Guru seharusnya bertekad menjadi pembelajar sepanjang hayat, sehingga kelak menghasilkan murid yang punya tekad seperti itu
Saat tubuh telah terbaring ke liang lahat belajar dan menuntut ilmu itu terhenti namun ilmu yg tetap dikerjakn dan mengalir di anak didik maupun dan siapapun yg selalu melaksanakn ilmu yg didapat dri kita akan terus menjadikan ladang pahala mengalir, karena sungguh pengalaman, dan rasa ingin tahu serta action dlam mengambil keputusan termasuk belajar untuk diri sendiri
Guru pekerjaan yang sangat mulia, dimana dan kapanpun harus siap belajar, belajar dan belajar meskipun sudah mengajar.
Guru seharusnya bertekad menjadi pembelajar sepanjang hayat, sehingga kelak menghasilkan murid yang punya tekad seperti itu
Setiap guru akan selalu meningkatkan kompetensi yang dimiliki
Terima Bunda Ratih Hidayah, M.Pd. & Crew Calak Pendidikan yg semakin Mantap dan OK banget
Materinya sangat bermanfaat untuk mengenal siswa yang akan kita ajar.
Materinya bagus….sangat mendukung guru dalam mengajar
Belajar itu seumur hidup untuk itu carilah ilmu yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain .sampaikan ilmu kita itu kepada orang lain sehingga ia juga bisa memanfaatkan untuk hidup dan berkehidupan nanti .maka ini juga menjadi sumber amal bagi kita di hadapan Allah SWT
Menjadi seorang guru harus tetap belajar dengan penuh semangat.apalagi untuk era digital ini .
Menjadi seorang guru harus bisa mengikuti kemajuan zaman tanpa meninggalkan konsep pembelajaran yang terdahulu…