Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Kurikulum adalah suatu rencana dan pengaturan yang berisikan tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam buku Wina Sanjaya (2006), Saylor, Alexander dan lewis menyatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh peserta didik.
Kurikulum Montessori merupakan salah satu metode yang diperkenalkan oleh Maria Montessori, merupakan hasil dari sisitem Pendidikan yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pedagogis Maria Montessori dengan anak-anak. Metode Montessori secara umum berguna untuk mendidik anak dalam memacu perkembangan fisik, sosial, emosional, dan intelektual anak secara maksimal, sehingga seorang anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka (Julita, 2018).
Baca Juga : Mengenal Metode Montessori
Terdapat keunikan dalam metode Montessori salah satunya adalah menjadikan anak didik pusat pembelajaran. Keunikan lain yang menjadi karakteristik metode Montessori lainnya adalah penekanan pada lingkungan. Menurut filosofi Montessori, anak belajar yang terbaik berasal dari lingkungan yang sesuai dengan ukuran dan tumbuh kembang anak. Lingkungan yang sesuai dengan ukuran ana dapat merangsang dan mengundang penyerapan daya pikir anak (Julita, 2018; Suryana, 2014)
Prinsip Pendidikan Montessori
• Menghormati anak (Respect of the child): Menghormati adalah hal yang utama dalam metode Montessori. rasa hormat juga menunjukkan dengan memberikan anak kebebasan untuk membuat pilihan, melakukan sesuatu untuk diri mereka sendiri. guru harus mencontohkan rasa hormat kepada semua peserta didiknya secara memberikan resolusi konflik secara damai dan harus mengamati tanpa menghakimi.
• Pikiran penyerap (The Absorbent Mind) Didasarkan oleh prinsip Pikiran penyerap adalah bahwa hanya dengan hidup, anak akan terus belajar dari lingkungan sekitarnya. Anak-anak belajar melalui inderanya yang akan menyerap segala informasi dari dunianya kemudian memahami karena anak adalah makhluk yang berpikir.
• Periode sensitif (Sensitive periods) Pedagogi Montessori mempercayai periode tertentu yang menunjukkan anak bahwa mereka sedang pada tahap periode sensitif. urutan terjadinya periode sensitif sangat bervariatif untuk setiap anak. melalui observasi, guru harus mengidentifikasi periode sensitif pada siswa mereka dan menyediakan sumber daya bagi anak untuk berkembang.
• Lingkungan yang disiapkan (The prepared environment) kegiatan belajar anak paling baik adalah lingkungan yang sudah disiapkan untuk anak melakukan sesuatu kegiatan untuk dirinya sendiri. berpusat pada anak harus mendukung kebebasan anak-anak untuk mengeksplorasi materi pilihan. guru harus mempersiapkan lingkungan belajar dengan membuat materi dan pengalaman tersedia bagi anak-anak secara tertib dan mandiri.
• Pendidikan otomatis (auto education) Pendidikan ini maksudnya adalah pendidikan mandiri. pada konsep ini anak-anak mampu mendidik dirinya sendiri. ini merupakan salah satu kepercayaan terpenting dalam metode montessori karena guru menyediakan lingkungan, inspirasi, bimbingan dan dorongan bagi anak anak untuk mandiri dirinya sendiri.
Baca Juga : Matematika Ala Montessori
Karakteristik Kurikulum Montessori
Menurut Ghasya (2017) dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kurikulum montessori, terdapat beberapa karakteristik. yaitu:
- Suasana pembelajaran yang menyenangkan
- Tidak ada suasana kelas yang kompetitif
- Anak didik bermain dan bekerja secara kelompok baik besar maupun kecil
- Pembelajaran dengan permainan yang memiliki tujuan pembelajaran
- Guru hanya menjadi pembimbing
- Gerak motorik dan kreativitas mendominasi
- Mengutamakan proses bukan produk
- Bebas melakukan suatu pembelajaran dengan caranya sendiri
Dalam Julita dan Susilana (2018), selain karakteristik kurikulum Montessori yang sudah disebutkan, Prepared environment juga termasuk kedalam karakteristik kurikulum Montessori. Menurutnya lingkungan sengaja dipersiapkan dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran anak. Anak diberikan kesempatan untuk bereksplorasi dalam lingkungan yang telah dirancang untuk memberikan kebebasan pada anak.
Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Montessori
1. Montessori memiliki pandangan bahwa dunia fantasi adalah menunjukan suatu hal yang tidak sesuai dengan kenyataan, maka dari itu Montessori melarang anak untuk bermain khayal seperti bermain peran. Di Dalam sekolah Montessori menolak pelajaran ekspresi, seperti bercerita, mendongeng dan menggambar.
2. Sistem pendidikan Montessori terlalu individu, maka dari itu tidak ada kesempatan anak untuk melatih pendidikan sosial di sekolah karena tidak ada kerja secara berkelompok.
3. Dalam sistem pembelajaran Montessori tidak memiliki kebebasan dalam menggunakan alat atau media pembelajaran, melainkan menggunakan alat-alat pembelajaran yang dibuat oleh Montess sendiri untuk menunjang pembelajaran para guru dan murid.
4. Dalam pengajaran Montessori tidak adanya keaktifan bermain dalam arti sebenarnya.
Baca Juga : Isi dan Metode Muatan Lokal Kurikulum Merdeka
Implementasi Kurikulum Montessori
Implementasi kurikulum merupakan proses penerapan konsep, gagasan, program, atau tatanan kurikulum ke dalam praktik pembelajaran sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Wulandari et al., 2018) implementasi kurikulum Montessori dalam PAUD, antara lain:
1. Follow the child atau mengikuti anak merupakan konsep pembelajaran Montessori. Follow the child yang dimaksud adalah memahami kebutuhan anak sesuai dengan minat anak masing-masing. Guru memfasilitasi kebutuhan dan minat anak agar anak memiliki kebebasan dalam berpikir kreatif, melatih kemandirian, dan juga pengambilan keputusan.
2. Freedom with limitation atau bebas dengan batas, merupakan konsep pembelajaran yang menerapkan kebebasan anak memilih sendiri material yang akan anak eksplorasi dan juga kebebasan anak untuk dapat berdiskusi dan bekerjasama.
3. Respect the child dengan guru-guru berbicara dengan sopan pada anak-anak di dalam kelas, guru tidak berteriak-teriak dalam menegur anak, guru akan menghampiri anak, menatap anak, kemudian menegur dengan suara pelan. Hal tersebut membuat anak terbiasa sopan dan tenang di dalam kelas, dan juga salah satu cara efektif menenangkan kelas yang ramai.
4. Prepared environment atau lingkungan yang siap dikutip dari Vidya Dwina (dalam Wulandari et al., 2018) merupakan lingkungan yang telah disiapkan oleh guru agar anak dapat bereksplorasi di lingkungannya dengan bebas, aman dan nyaman. Guru menyiapkan lingkungan yang memang dirancang untuk anak, seperti rak yang pendek sesuai tinggi anak, meja pendek, gelas kecil, mangkuk kecil, agar anak dapat menggapai, membawa, mengeksplorasi, dan menaruhnya kembali dengan mudah. Hal ini sangat melatih kemandirian anak, karena anak tidak lagi bergantung pada orang dewasa dalam hal ini yaitu mengambil dan menaruh kembali alat peraga.
Baca Juga : Aplikasi e-Rapor Kurikulum Merdeka Terbaru 2022 dari Kemendikbud
5. Briefing sebelum berkegiatan. Briefing sebelum berkegiatan dengan melibatkan anak dalam merencanakan suatu pembelajaran membuat anak merasa dihargai keberadaannya serta pendapatnya.
6. Meaningful activity atau kegiatan yang bermakna.
7. Konkret-abstrak. Maksudnya adalah anak akan lebih paham apabila diajarkan langsung melalui pengalaman nyata dan diajarkan konsep. Seperti yang dikutip dalam Vidya Dwina (dalam Wulandari et al., 2018) lembar kerja bukanlah satu-satunya cara dalam mengajarkan anak akan sesuatu. Ketika anak sudah memahami hal konkret anak akan memahami lembar kerja yang merupakan hal abstrak, Pada usia prasekolah yang anak membutuhkan pemahaman melalui pengalaman langsung menggunakan seluruh indranya. Dapat disimpulkan bahwa anak membutuhkan hal konkret dalam memahami sesuatu.
8. Self-correction, yaitu anak dapat mengoreksi sendiri kesalahannya untuk mencegah orang tua ataupun guru sering menginterupsi atau mengoreksi anak sendiri.
9. Penggabungan usia. Penggabungan usia ini dilakukan untuk memberi teladan untuk anak yang lebih muda, dan mengajarkan kasih sayang kepada yang lebih kecil, dan mengajarkan untuk saling menghormati kepada yang lebih tua. Karena Montessori tidak hanya mempersiapkan anak untuk sukses di sekolah, tetapi juga di dunia nyata.
10. Kolaborasi bukan Kompetisi. Apabila anak diminta melakukan sesuatu tanpa kesiapan anak akan bingung. Tugas pokok anak usia dini adalah belajar, bermain, serta bereksplorasi lingkungan di sekelilingnya. Tugas guru adalah memberikan kesempatan pada anak untuk berproses dan bukan mengharapkan hasil.
Kesimpulan
Program Montessori didasarkan pada ide asli dari Maria Montessori, Bahan,dan metode yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari childrend improverished di Italia. Metode montessori adalah model kurikulum yang kedua dibuat tegas untuk pendidikan awal. Di Amerika Serikat saat ini terdapat variasi yang luas dan interpretasi dari prinsip-prinsip Montessori.
Baca Juga : Mengenal Berbagi Praktik Baik: Langkah Visioner IKM
Ketertarikan Montessori pada anak-anak idiot menjadikannya akrab dengan metode pendidikan khusus yang dirancang bagi anak-anak kecil. Ia meyakini bahwa jika metode-metode yang diterapkan pada anak-anak idiot itu diterapkan pada anak-anak normal, maka akan dapat mengembangkan dan memerdekakan kepribadian mereka dalam sebuah cara yang menakjubkan dan mengejutkan.
Esensi metode pendidikan Montessori yakni Absorbent Mind (Pikiran yang Mudah Menyerap), The Sensitive Periods (Periode Sensitif), Children Want to Learn (Anak-anak Ingin Belajar), Stages og Development (Tahap-tahap perkembangan), dan Encouraging Independence (Mendorong Kemandirian).