• Kirim tulisan
Calak Pendidikan
Social icon element need JNews Essential plugin to be activated.
  • Berita
  • Administrasi
  • Sumber Belajar
  • Event
No Result
View All Result
  • Berita
  • Administrasi
  • Sumber Belajar
  • Event
No Result
View All Result
Calak Pendidikan

PEDAGOGI WELAS ASIH

Lewat tiga semboyan yang melegenda Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, sentuhan Soewardi atau Ki Hajar Dewantara telah membumi

Dinn Wahyudin by Dinn Wahyudin
Oktober 20, 2022
19
Pedagogi Welas Asih

Foto: https://mbi9.wordpress.com/

Pedagogi Welas Asih. September 1919. Soewardi muda kembali ke Tanahair. Setelah mendekam di pengasingan  yang dingin lebih dari 6 tahun di Negeri Belanda, ia kembali menghirup udara segar. Atmosfir kebebasan.  Ada rasa gundah yang menyelimuti dirinya, ketika ia pulang dari pengasingan. Semangat juang untuk melawan penjajah Belanda tak pernah luntur. Sebagai wartawan muda yang kritis, ia sering membuat pemerintah Hindia Belanda murka.  Artikel opini kritis menentang penjajah, banyak dimuat di Koran berbahasa Belanda dan bahasa Melayu antara lain  De Expres, Midden Java, Oetoesan Hindia, dan Tjahaja Timoer.

Salah satu buah karya tulisannya bertajuk Seandainya Aku Seorang Belanda atau  judul aslinya Als iik Een Nederlander was menjadi puncak kemarahan Sang Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Buah karya tulis itulah yang akhirnya mengantarkan dia ke tempat pengasingan di Belanda. Ia dan dua rekan yang lain yaitu Doewes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo ditangkap. Mereka digelandang. Mereka dibuang ke pengasingan di Negeri Belanda.

Baca Juga : Taun anyar di Baduy Luar

Usai enam tahun  pengasingan, Soewardi merasa perlu merubah strategi dalam melawan kaum kolonial penjajah Belanda. Ia merubah strategi pembangkangan, tak melalui tulisan yang kritis tajam dan menggigit. Ia berganti arah dengan mendidik generasi muda kaum pribumi  melalui jalur pendidikan. Ia dan kawan kawannya mendirikan Taman Siswa atau National Onderwijs Institute Taman Siswam pada tanggal 3 Juli 1922. Dalam suatu dokumen tertulis:  Soewardi began to change his radical style in a movement. He chose education as his struggling epidemic, demikian tulis reportase VOI (2021) ketika menulis kilas balik sang Pahlawan Pendidikan –  Soewardi atau Ki Hajar Dewantara.

Pedagogi Welas Asih

Kisah Soewardi yang merubah strategi melawan Belanda melalui pendidikan sangat menginspirasi. Lewat tiga semboyan yang melegenda Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, sentuhan Soewardi atau Ki Hajar Dewantara telah membumi.  Melalui Perguruan Taman siswa, secara bertahap semangat membangun generasi muda Indonesia melalui pendidikan terus dipompakan ke  seluruh pelosok negeri. Spirit “Di depan memberi contoh, di Tengah membangun semangat, dan di Belakang memberikan dorongan” adalah refleksi pentingnya pedagogi yang dibangun atas dasar kasih sayang yang tulus. Itulah pedagogi welas asih.

Merajut peradaban bangsa melalui  metode asah, asih, asuh adalah esensi universal pembelajaran bermakna. Konsep pembelajaran yang bersendikan welas asih dengan dilandasi oleh semangat profesionalism, care and dedication based on love. Tiga aspek ini sangat universal dan membumi. Kata asah atau memahirkan yaitu memberi makna  bahwa dialog pembelajaran yang dibangun guru beserta peserta didik patut dilandasi atas hal yang esensial, substantif dan perlu, guna mengusung aspek perolehan pengalaman belajar yang bermakna. Meaningful learning experience. Kata asih atau kasih sayang yaitu mengedepankan dialog pedagogis yang dibangun guru kepada peserta didik yang dilandasi atas dasar profesionalisme dan cinta kasih.

Baca Juga : Sekolah di Laut China Selatan

Relasi empati dan simpati dalam dialog edukatif menjadi penciri pembelajaran yang welas asih. Profesionalisme dan kelemahlembutan pendidik dalam merawat peserta didik dengan segala keragamannya sangat dipertaruhkan. Profesional dalam menguasai keilmuan atau bidang masing masing tak cukup bagi seorang guru. Ia masih dituntut untuk mampu dan peduli dalam merawat  peserta didiknya dengan sentuhan welas asih. Kasih sayang sepenuh hati  dalam merawat   peserta didik inilah sering disebut nurturing love. Kondisi ini lah yang tak boleh diabaikan. Kata asuh atau membimbing lebih dimaknai bahwa kegiatan pembelajaran lebih bercirikan pada aspek bimbingan. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing peserta didik ke arah yang lebih baik.

Kasih sayang & Toleransi

Seorang tokoh besar dan pahlawan nasional, KH Ahmad Dahlan pada tahun 1912 mendirikan Muhammadiyah, yaitu Suatu organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang pelayanan sosial dan pendidikan.

Di kalangan organisasi Muhammadiyah, salah satu gagasan inspiratif KH Ahmad Dahlan yang sampai sekarang diteladani adalah _semangat kasih sayang dan toleransi adalah kartu identitas komunitas islam._ Dua kata mujarab yaitu “kasih sayang” dan “toleransi”   telah menjadi inspirasi oleh para pendidik di kalangan Muhammadiyah pada periode berikutnya. Tokoh lain, seorang ulama besar yang telah dianugrahi Pahlawan Nasional yaitu KH Hasyim Asari merupakan figur yang memberikan warna baru dalam sistem pendidikan pesantren dan madrasah. Selain sebagai pendiri  organisasi Nahdlatul Ulama (NU), beliau tercatat sebagai pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Beliau dijuluki  gelar sebagai Hadratussyaikh yang artinya Maha Guru.

Di kalangan lembaga pendidikan NU, salah satu gagasan pemikiran nya adalah Dakwah dengan cara memusuhi ibarat orang membangun Kota, tetapi merobohkan Istananya. Oleh sebab itu perlunya berdakwah dengan kasih sayang. Malahan bagi tokoh NU lainnya, KH Mustofa Bisri misalnya,  ia berujar :  Asal kita mendahulukan kasih sayang, kita bukan hanya akan masuk Surga, tetapi kita sudah di Surga itu sendiri. Itulah betapa dahsyatnya sentuhan kasih sayang dan pegagogis welas asih perlu diterapkan dalam sistem pendidikan, termasuk sistem pendidikan yang berbasis keagamaan dan pesantren.

Baca Juga : Senyum manis dari Flores

Islam adalah agama yang menjunjung toleransi, cinta, dan kasih sayang. Bahkan Islam diturunkan dengan penuh kasih sayang kepada semua umat manusia. Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam mengajarkan  bahwa kasih sayang tidak hanya berlaku antar umat manusia. Tetapi ungkapan kasih, berlaku juga bagi hewan, tumbuhan dan alam sekitar. Kata Ar Rahman dan Ar Rahim merupakan dua asma Allah yang bermakna pengasih dan penyayang. Ditegaskan oleh Rasulullah SAW, tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai untuk saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. (HR Bukhari dan Muslim).

Begitu kuatnya kekuatan welas asih dalam pembelajaran, Bell Hooks (2003) dalam  Teaching Community: A Pedagogy of Hope, berujar : When Teachers  teach with love, combining care, commitment, knowledge, responsibility, respect, and trust, we are often able to enter the classroom and go straight to the heart of the matters, to create the best climate for learning.

Ketika guru mengajar dengan penuh rasa welas asih atau kasih sayang, yaitu menggabungkan aspek perhatian, komitmen, pengetahuan, tanggung jawab, rasa hormat, dan kepercayaan, sesungguhnya kita telah langsung ke inti  masalah : menciptakan iklim terbaik untuk belajar. Itulah hal yang sepatutnya kita ikhtiarkan  dalam  menyambut Hardiknas. Salah satu ikhtiar strategis dalam menguatkan sistem pendidikan nasional kita.

Tags: 3 Semboyan Ki Hajar DewantaraBelanda De Expreskasih sayangKi Hajar DewantaraPENDIDIKANWelas asih
Next Post
Metode Terapi Earthing

Atasi Masalah Kesehatan Mental Dengan Metode Terapi Earthing

Comments 19

  1. Mikhael says:
    2 tahun ago

    Krennnn pak..

    Balas
    • Mariyati, S.Pd says:
      2 tahun ago

      Terinspirasi dengan adanya pencetus ide kihajar Dewantara mendirikan sekolah untuk mendidik generasi penerus untuk bangkit maju dengan era global zaman serta tehnologi serta meningkatkan baca pada anak-anak bangsa kita selaku guru yg ingin maju perlu mencontoh pengalaman bp pencetus kihajar Dewantara yaitu asah asih asuh menggabungkan aspek perhatian, komitmen, pengetahuan, tanggung jawab, rasa hormat, dan kepercayaan itulah ihtiyar strategis dalam menguatkan sistem pendidikan kita

      Balas
  2. Bang Salengo says:
    2 tahun ago

    Namun sebenarnya. Pendidikan pertama yang dilakukan oleh organisasi muslim di Indonesia berdiri tahun 1912, jauh sebelum ada Taman Siswa.. Muhammadiyah memperkenalkan tentang pedagogik kasih sayang. Berdirinya taman siswa Itu meniru Taman Pendidikan Muhammadiyah dan tahun 1922.. Muhammadiyah sangat banyak cabang pendidikan dan balai pengobatan… Tapi sejarah diputar balikkan.. Yang pantas menjadi bapak pendidikan Nasional itu KH.Ahmad Dahlan.

    Balas
  3. Hendi Sardi, S.Pd says:
    2 tahun ago

    Dalam mendidik rasa kasih sayang kepada peserta didik harus selalu di tanamkan

    Balas
  4. Masrawani Rambe S.Pd.I says:
    2 tahun ago

    Dalam mengajar harus selalu menerapkan kasih sayang

    Balas
  5. Ida Ratnawati,S.Pd says:
    2 tahun ago

    Dalam dunia pendidikan kita harus bisa memberikan kasih sayang kepada peserta didik

    Balas
  6. sitijuenah says:
    2 tahun ago

    To teach with love.. kalimat inspirasi yang akan selalu tertanam dihati, thanks ilmunya pa

    Balas
  7. Sri Mulyati says:
    2 tahun ago

    Asal kita mendahulukan kasih sayang, kita bukan hanya akan masuk Surga, tetapi kita sudah di Surga itu sendiri. adalah kalimat penyemangat dan pegingat

    Balas
  8. Maria Teodora Titu S.Pd says:
    2 tahun ago

    Ketika guru mengajar dgn welas asi atau kasih sayang…sesungguhnya kita telah menciptakan iklim belajar terbaik….trimakasi motivasi utku menjadi guru profesional

    Balas
  9. Musni, S.Pd says:
    2 tahun ago

    Dengan welas asih pada murid akan tercipa generasi yan pancasilais

    Balas
  10. Anonim says:
    2 tahun ago

    Belajar dengan penuh kasih sayang dan kelembutan akan lebih diterima peserta didik dari pada dengan kekerasan. Dalam Islam Rosululloh mengajarkan dengan hikmah, tauladan, kelembutan dan kesabaran.

    Balas
  11. Dra. Suharti, M.M says:
    2 tahun ago

    Belajar dengan penuh kasih sayang dan kelembutan akan lebih diterima peserta didik dari pada dengan kekerasan. Dalam Islam Rosululloh mengajarkan dengan hikmah, tauladan, kelembutan dan kesabaran.

    Balas
  12. Yuliana Milla says:
    2 tahun ago

    Dalam proses belajar mengajar dengan kelemahlembutan akan tercipta pembelajaran yang mengarah , membimbing peserta didik yang lebih baik .

    Balas
  13. Rodi,S.Pd says:
    2 tahun ago

    Pendekatan dan kepahaman tentang kebutuhan siswa harus di miliki seorang guru

    Balas
  14. Dona Demila,S.Pd says:
    2 tahun ago

    ternyata dalam prises mengajar kita memang harus melakukan pendekatan dan pemahaman untuk siswa.

    Balas
  15. Dona Demila,S.Pd says:
    2 tahun ago

    Ternyata dalam proses pembelajaran,kita sebagai pendidik harus paham dan perlu melakukan pendekatan kepada siswa.

    Balas
  16. Siti Noer Aini says:
    2 tahun ago

    Materi yang menarik dan bermanfaat

    Balas
  17. Elina says:
    2 tahun ago

    Tetap semangat belajar dan belajar menjadi guru yang profesional di bidang nya

    Balas
  18. Nanda Wastu Ing Santun, S.Pd says:
    2 tahun ago

    Terinspirasi dri bapak Ki Hajar dewantara dan keramahan pendidikan indonesia yg penuh kearifan

    Balas

Tinggalkan Balasan ke Sri Mulyati Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result
  • Tentang
  • Tim Kami
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
  • Kebijakan Privasi

© 2022 Calak Pendidikan - Banyak Bicara Seputar Pendidikan

Social icon element need JNews Essential plugin to be activated.
No Result
View All Result
  • Berita
  • Administrasi
  • Sumber Belajar
  • Event