Kisah Guru di Simosir Botakin Siswa. Guru SMP Viral yang mencukur rambut siswanya di Samosir, Sumatera Utara, serta kasus serupa di Lamongan, Jawa Timur, telah mencuri perhatian publik. Namun, kedua kasus ini akhirnya berakhir damai. Berikut adalah rangkuman lengkap dari kedua peristiwa tersebut:
Awal Mula: Siswa dengan Rambut Panjang Kisah Seorang Guru dan Siswa di Desa Sianjur Mulamula
**Insiden Kontroversial di SMPN 1 Sianjur Mulamula, Samosir: Kepedulian dan Pembelajaran dari Sebuah Tindakan Guru yang Berlebihan**
Di sebuah desa kecil di pedalaman Samosir, Sumatera Utara, SMPN 1 Sianjur Mulamula terkenal dengan keindahan alamnya. Namun, satu hari, desa ini menjadi saksi insiden yang menggemparkan warganya, yang melibatkan seorang guru yang dihormati, Guru JT.
Ketidaksepakatan Aturan Penampilan Siswa dan Tindakan Guru yang Kontroversial
Guru JT memutuskan untuk memeriksa penampilan siswa-siswanya, yang merupakan kewajiban di SMPN 1 Sianjur Mulamula. Insiden dimulai ketika mata guru ini jatuh pada siswa JS, yang memiliki rambut agak panjang. Tanpa peringatan, guru JT mencukur bagian atas kepala JS, menyebabkan kebingungan dan malu bagi siswa tersebut.
Reaksi Orang Tua dan Langkah-langkah Penyelesaian
JS pulang dengan emosi dan menceritakan insiden tersebut kepada ibunya, MP. MP segera menghubungi orang tua lainnya di desa dan berita menyebar cepat. Mereka menghadap kepala sekolah dan guru JT untuk menyelesaikan insiden ini. Guru JT tulus meminta maaf dan membuat surat permohonan maaf.
Pesan Penting dari Kejadian Ini
Insiden ini mengingatkan semua pihak akan pentingnya komunikasi, dialog, dan pendekatan bijaksana dalam pendidikan. Kasus ini diakhiri melalui mediasi oleh Dinas Pendidikan Samosir, menekankan pentingnya solusi damai dalam penyelesaian konflik. Semua berharap agar insiden serupa tidak terulang dan pendidikan dapat berlanjut dengan damai di desa yang indah ini
Permintaan Maaf dari Guru
Guru JT mengakhiri insiden dengan meminta maaf secara langsung kepada orangtua siswa yang rambutnya yang telah menjadi setengah botak. Mereka semua sepakat untuk saling memaafkan, dan guru JT menulis surat permohonan maaf kepada siswa dan keluarganya atas tindakan yang seharusnya tidak terjadi dan tidak wajar. Selanjutnya, mereka menyelesaikan kasus ini melalui mediasi yang dihadiri oleh Dinas Pendidikan Samosir. Ketika dimintai klarifikasi, guru JT mengakui bahwa tujuannya adalah untuk mendisiplinkan siswa tersebut, meskipun dianggap berlebihan. Tindakan ini bertujuan untuk mengakhiri ketegangan dan memulihkan hubungan antara sekolah, siswa, dan orang tua siswa setelah insiden yang mengganggu ini, sehingga menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih positif dan berdaya.
Kasus Serupa di Lamongan, Jawa Timur
Sebelumnya, kasus hampir serupa terjadi di Lamongan, Jawa Timur, di mana seorang guru SMP, berinisial EN, membotaki sejumlah siswi. Dalam kasus guru EN di Lamongan, guru tersebut mungkin menganggap penting untuk menegakkan aturan berpakaian yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang sesuai aturan sekolah, sehingga dugaan bahwa aksinya terpicu karena siswi tidak mengenakan ciput atau dalaman jilbab menjadi perhatian utama. Namun, perlu kita catat bahwa tindakan ekstrem yang telah menimbulkan kontroversi besar dan mengundang perhatian negatif. Siswi melaporkan tindakan guru EN kepada orangtuanya, sehingga pihak sekolah segera memberikan teguran kepada guru EN, menekankan pentingnya pendekatan yang lebih bijaksana dan pendidikan yang memahami dalam menangani masalah seputar berpakaian dan peraturan sekolah. Kejadian ini menyoroti pentingnya keseimbangan antara menegakkan aturan sekolah dan menjaga kesejahteraan siswa.
Penyelesaian Melalui Mediasi
Sekolah di Lamongan mengadakan mediasi dengan melibatkan para orang tua siswa yang rambutnya menjadi korban pembotakan oleh guru tersebut. Guru EN memberikan permintaan maaf kepada siswi-siswi tersebut dan menjelaskan alasannya dalam mediasi. Proses mediasi ini berhasil menyelesaikan masalah, dan orangtua siswi yang menjadi korban menerima permintaan maaf guru tersebut.
Baca Juga artikel ini :
Mengenal Pentingnya Manajemen Emosi Untuk Pendidikan Professional
Cek Rekening Sekarang! Gaji Ke-13 FULL CAIR!
Reaksi Pihak Pendidikan
Munif Syarif, Kepala Dinas Pendidikan Lamongan, telah menarik guru EN dari tugas mengajar dan sementara ini mengangkatnya sebagai staf di Dinas Pendidikan Lamongan dalam rangka pembinaan. Munif juga menekankan pentingnya peran guru dalam memperbaiki karakter anak didik serta menciptakan proses belajar yang menyenangkan. Kasus ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak.
Kini, belasan siswi yang menjadi korban pembotakan di Lamongan tetap masuk sekolah dan mengikuti proses belajar seperti biasa.
Kasus ini menunjukkan pentingnya penyelesaian masalah melalui mediasi dan dialog, serta peran pihak sekolah dalam memastikan keamanan dan kesejahteraan siswa.
Sumber berita Tribunnews
Memang akhir² ini kita sering mendengar kasus yang sering terjadi di dunia pendidikan terutama kesiswaan terkait ketertiban sekolah,,, memang jadi guru itu gk mudah bukan hanya pelajaran saja yg harus di emban, etika, akhlak semua itu kewajiban guru ketika di sekolah ketika di rumah itu kewajiban orangtua nya, apakah setiap tindakan yg semestinya itu jadi tolak ukur etabilitas instansi harus jadi sorotan ,memang benar taratertib itu harus di sampaikan secara langsung bukan hanya di pampang saja, jaman sekarang sudah berubah tidak sama dengan jaman dulu, tinggal cara pendekatan kita sama orangtua dan peserta didik alangkah baik nya kalau wali kelas itu melakukan parenting dengan walimurid terkait tatatertib dan sangsi² nya mungkin itu bisa jadi titik awal yang indah,,,
Kedisiplinan bagi anak sangat penting….
Tapi…menjaga emosi tidak kalah penting dalam mendidik anak-anak kita..
Sebaikan kita sebagai guru cukup kita tegur dan ingatkan dinasehati baik – baik , bisa jg dipanggil orang tuanya agar putra yg bersangkutan rambutnya dah sudah panjang harus dipotong rapi, bagi siswa yg perempuan jg begitu diingatkan bila ada pelanggaran, intinya kita harus menjaga emosi , juga komonikasi dgn siswa maupun orang tua intinya kerja sama demi kebaikan kita bersama ,untuk menuju keberhasilan baik akademik non akademik maupun akhlak dan etika moral yang baik
Mohon ijin berbagi pengalaman.
Saya pernah mempunyai murid dengan rambut sebahu. (Karakter anak kami ini memang kearah perempuan.) Kata guru dan warga sekitar Rambut nya tdk dipotong mulai kecil sampai kelas 4 ketika saya wali kelas. Dgn alasan jika dipotong, kata ortu bisa sakit. rambutnya tersebut penuh dengan kutu. Terus terang saya tidak berani begitu saja memotong rambutnya.. saya coba terus komunikasi dengan anaknya. Saya tanya terus, kapan rambutnya dipotong. Sampai akhirnya dia bilang, kata ayahnya, nanti kelas 5 setelah maulud nabi. Akhirnya kami bersalaman sbg tanda ikatan janji.
Puji Tuhan, setelah hari dimaksud, besok paginya dia datang memamerkan wajah barunya.
Poin pentingnya menurut saya, berikan waktu bagi yg bersangkutan untuk mengambil sikap sendiri, shg kita tidak menyakiti hatinya dan mungkin orang tuanya.
Mohon ijin berbagi pengalaman.
Saya pernah mempunyai murid dengan rambut sebahu. (Karakter anak kami ini memang kearah perempuan.) Kata guru dan warga sekitar Rambut nya tdk dipotong mulai kecil sampai kelas 4 ketika saya wali kelas. Dgn alasan jika dipotong, kata ortu bisa sakit. rambutnya tersebut penuh dengan kutu. Terus terang saya tidak berani begitu saja memotong rambutnya.. saya coba terus komunikasi dengan anaknya. Saya tanya terus, kapan rambutnya dipotong. Sampai akhirnya dia bilang, kata ayahnya, nanti kelas 5 setelah maulud nabi. Akhirnya kami bersalaman sbg tanda ikatan janji.
Puji Tuhan, setelah hari dimaksud, besok paginya dia datang memamerkan wajah barunya.
Poin pentingnya menurut saya, berikan waktu bagi yg bersangkutan untuk mengambil sikap sendiri, shg kita tidak menyakiti hatinya dan mungkin orang tuanya.
Bolehlah guru mencukur rambut siswanya dengan syarat buatlah serapih mungkin dan secakep mungkin sesuai keinginan yang berlaku. Sy kira sekolah juga tidak begitu berat menyediakan alat cukur rambut yg termodern skarang ini…gampang digunakan…tidak butuh keahlian tuk mencukurnya…, sy setuju agar tidak mempermalukan siswa didepan teman2nya sekalipun itu atas nama “Peraturan Sekolah”…mungkin siswa merasa terbantu mahkotanya dirapihkan karena kelupaan ataupun masalah ekonomi. Biarlah guru semakin cerdas mensiasati penalti yg hrs diberikan bagi peserta didiknya.
Pendisilplinan siswa penting.
Tapi yang lebih penting mental siswa